Minggu, 20 Februari 2011

Dunia Jin Dan Dunia Syaitan

Dunia Jin Dan Dunia Syaitan

Dunia jin bukan dunia manusia, bukan pula dunia malaikat. Tapi di antara mereka ada unsur persamaannya, yaitu akal, pengetahuan, dan kemampuan memilih jalan kebaikan dan kejelekan. Mereka berbeda dengan manusia dalam beberapa hal. Yang paling penting adalah asal kejadian jin tidak seperti manusia.
Dunia jin disebut jin, karena dunia mereka tersembunyi dan tertutup dari pandangan mata manusia. Ibnu ‘Aqil berkata: “Jin disebut jin, karena mereka bersembunyi dan tertutup dari pandangan mata”. Seperti itu pula janin. Disebut “janin”, karena bayi itu masih di dalam rahim. Juga kata-kata “Mijann-perisai atau pelindung perajurit dari senjata musuh”.Kata-kata itu disebut “Mijann”,karena menutupi perajurit dan melindunginya dari senjata musuh di dalam pertempuran. Di dalam Al-Qur’an ditegaskan: ”Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (QS. Al-A’raaf: 27).
Allah juga memberitahu kita bahwa jin tersebuat dari api, sebagaimana dalam firman-Nya: “Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya (sebelum menciptakan manusia) dari api yang sangat panas”.(QS. Al-Hijr: 27). Juga dalam firman-Nya yang lain: “dan Dia menciptakan jin dari nyala api”. (QS. Ar-Rahman: 15). Ibnu ‘Abbas,’Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan dan banyak lagi lainnya berkata tentang penafsiran kata-kata “maarijin min Naar” maksudnya adalah “Ujung nyala api”.Di dalam riwayat lain disebutkan, makksudnya adalah: “Murninya dan paling bagusnya api”. An-Nawawi di dalam Syarah Muslim berkata: “Al-Maarij” artinya: Nyala api yang kehitam-hitaman. Di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dari ‘Aisyah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Malaikat diciptakan dari nur. Jin diciptakan dari nyala api yang kehitam-hitaman. Dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah diterangkan kepadamu”. (HR. Muslim).
Jelasnya, jin diciptakan sebelum manusia. Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya (sebelum menciptakan manusia) dari api yang sangat panas”.(QS. Al-Hijr: 26-27). Teks ayat ini menjelaskan dengan tegas, bahwa jin diciptakan sebelum manusia. Menurut sebagian orang dahulu, mereka diciptakan dua ribu tahun sebelum manusia. Tapi keterangan ini tidak berdasarkan dalil, baik dari Al-Kitab atau As-Sunnah.
Kita tidak mengetahui naluri, bentuk dan indra mereka, kecuali sebatas apa yang diberitahu Allah kepada kita. Kita tahu dari Allah bahwa mereka mempunyai hati, sebagaimana ditegaskan di dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk Jahannam, kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat , dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar . Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al-A’raaf: 179). Allah tabaraka wa ta’ala menjelaskan, bahwa jin mempunyai hati, mata dan telinga, sedangkan syaitan mempunyai suara. Allah berfirman: “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu”. (QS. Al-Israa’:64). Dengan tegas di dalam hadits-hadits, bahwa syaitan mempunyai mulut, jin makan, minum, tertawa dan lain sebagainya.
Nama-nama jin di dalam bahasa Arab:
Ibn ‘Abdil Barr berkata: Jin menurut ahli Ilmu Kalam dan ahli Ilmu Bahasa ada beberapa tingkat, yaitu:
Kalau mereka menyebutkan jin murni, mereka berkata: Jinni
Apabila yang dimaksudkan mereka jin yang tinggal bersama manusia, mereka sebut: ‘Aamir jamakya ‘Ummar.
Apabila yang dimaksud jin yang sering datang kepada anak-anak, mereka katakan: Arwaah
Jika jahat dan suka menghalang-halangi, mereka sebut: Syaitan.
Kalau lebih jahat lagi, mereka sebut: Maarid.
Kalau lebih jahat lagi dan keras, mereka sebut: ‘Ifriit. Jamaknya :’Afaariit.
Rasulullah Saw memberi tahu kita, beliau bersabda: “Jin ada tiga golongan. 1. Bersayap berterbangan di udara. 2. Berupa ular dan anjing. Dan 3. Mereka bertempat tinggal dan berjalan, pergi berkelana. (HR. Ath-Thabrani, Al-Hakim dan Al-Bayhaqi dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani ra) Hadits Shahih.
Ada sebagian kecil orang yang menolak seutuhnya akan eksistensi jin.
Sebagian orang musyrik berkata, kalau jin itu adalah bintang-bintang.
Sekelompok ahli filsafat berkata kalau yang dimaksud jin adalah keinginan dan kemampuan untuk melakukan kejahatan di dalam jiwa seseorang. Sedangkan malaikat adalah keinginan dan kemampuan untuk melakukan kebaikan di dalamnya.
Berbeda dengan sekelompok kaum intelek kontemporer yang berkata, bahwa jin adalah kuman dan microba yang ditemukan melalui ilmu-ilmu modern.
Lain lagi dengan Dr Muhammad Al-Bahi. Dengan beraninya dia menyeberangi nash-nash Al-Qur’an. Dia berkata: “Jin itu malaikat. Jin dan malaikat sama, tak ada bedanya. Alasannya, bahwa malaikat tidak terlihat oleh manusia (juga). Tapi, dia menganggap kalau orang yang menyembunyikan iman, kekufuran, kebaikan dan kejelekannya adalah jin juga.
Pada prinsipnya, bahwa mereka yang tidak mempercayai adanya jin itu karena mereka tidak mengetahui eksistensi jin itu sendiri. Ketidaktahuan mereka itu bukanlah merupakan suatu dalil kebenaran.
Amatlah jelek akal seseorang yang menafikan sesuatu karena akal itu sendiri tidak tahu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an: “Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan . Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zhalim itu”.(QS.Yunus:39). Demikianlah pemikiran-pemikiran modern yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Tapi, bisakah seseorang yang hidup ratusan tahun lamanya menolak kemungkinan terealisasinya keterangan-keterangan ini, kalau yang memberitahukannya seorang yang benar dan jujur? Juga, adakah berita-berita hangat yang mencuat di seluruh penjuru dunia, hanya karena kita tidak mendengarnya, lalu menunjukkan bahwa berita itu tidak ada? Bahkan, kalau kita buat radio yang mampu menangkap berita yang tidak kita dengar sendiri, apakah dapat kita benarkan?
Manusia tidak kuasa melebihi hakikat yang telah ditetapkan Allah secara pasti. Hanya saja, kita berusaha untuk menjelaskannya sesuai imajinasi manusiawi. Dunia yang indah di sekeliling kita penuh misteri dan kekuatan. Begitu pula makhluk-makhluk yang inti, sifat dan bekasnya tidak kita ketahui. Kita hidup dalam pelukan misteri dan kekuatan ini, tapi sedikit yang kita ketahui, banyak sekali yang tidak kita ketahui. Hanya, hari demi hari, baru dapat terungkap sebagian misteri, dan kita ketahui kekuatan ini. Maka tahulah kita sebagian makhluk. Terkadang melalui dzatnya, terkadang sifatnya bahkan hanya tinggal bekas yang ada di sekitar kita. Begitupun, kita baru melangkah di awal perjalanan untuk mengetahui dunia ini. Pada hal areal tempat kita hidup, juga ayah dan kakek-kakek, anak-anak dan anak-anak cucu kita baru sebagian kecil dari dunia yang begitu meraksasa ini dari pada kita yang hanya sebanding atom ketimbang dengan alam ini. Begitu besarnya planet bumi ini dan betapa berat pula timbangannya(ketimbang sosok kita sendiri).
Perbandingan pengetahuan kita kini sejak awal kita berangkat meneliti kehidupan dunia, tak ubahnya dengan pengetahuan umat lima abad sebelum ini saja yang telah mengetahui betapa besar keanehan dunia jin. Kalau sebelum lima abad silam ada orang menjelaskan sedikit tentang misteri atom yang kita bicarakan di masa kini, tentu mereka di masa itu orang tersebut dikatakan gila, atau mengira kalau hal itu jauh lebih aneh dari pada membicarakan masalah dunia jin. Begitupun, pengetahuan dan penemuan kita dalam hal ini hanya sebatas kemampuan manusiawi selaku makhluk yang diperuntukkan menjadi khalifah di bumi, dan sesuai tuntutan jabatan khalifah dan areal yang telah dipersiapkan Allah untuk diungkap kita, agar bumi menjadi mudah bagi kita dan kita mudah menjalankan tugas-tugas sebagai khalifah di bumi. Pengetahuan dan penemuan yang kita capai tidak akan lebih dari ketentuan asli dan jenjangnya walaupun telah memakan waktu panjang. Walaupun kekuatan dan misteri dunia ini telah dipermudah untuk kita, maka bekal yang dibutuhkan jabatan khalifah di bumi ini tidak akan melebihi arealnya, sesuai dengan hikmah dan takdir Allah Swt.
Begitulah kita terus melakukan penelitian demi penelitian, lalu akan banyak yang kita temukan dan kita ketahui. Dan akan terungkaplah keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalam misteri dan kekuatan dunia ini termasuk pula misteri atom. Semuanya itu kalau dibandingkan dengan yang ada dan yang dapat dicapai manusia, tak ubahnya dengan sebuah permainan anak-anak saja. Tapi kita tetap berada di dalam batas-batas areal ketentuan pengetahuan manusiawi dan dalam batasan firman Allah Swt: “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Israa’: 85). Maksudnya, hanya sedikit ketimbang misteri-misteri dan hal-hal gaib yang ada, yang hanya diketahui Allah Swt Penciptanya. Sedikit karena ilmu makhluk terbatas, dari pada ilmu Allah yang tidak terbatas. Sebagaimana firman Allah: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut , ditambahkan kepadanya tujuh laut sesudahnya (sebagai tintanya), niscaya tidak akan habis-habisnya    kalimat Allah . Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Luqman: 27). Maka dalam situasi dan kondisi seperti ini, kita tidak boleh memastikan eksistensi sesuatu dalam dunia gaib dan yang tidak kita ketahui. Tidak boleh pula menafikannya, membayangkan atau tidak membayangkannya. Sebagaimana pula misteri-misteri dunia dan kekuatannya, hanya karena alasan di luar areal kemampuan akal, atau eksperimen-eksperimen kongkret, sedang kita belum mengetahui misteri-misteri tubuh kita sendiri, perlengkapan-perlengkapan dan kemampuannya. Lebih-lebih untuk mengetahui misteri-msteri akal dan ruh kita.
Apabila Allah mengungkapkan kepada kita misteri-misteri dan kekuatan ini sesuai dengan ukuran bagian dan jatah untuk kita melalui firman-Nya, bukan melalui teori eksperimen dan pengetahuan produk kemampuan kita yang diberikan Allah, maka dalam hal ini caranya, kita harus menerima anugerah ini dengan penuh syukur dan pasrah sesuai apa adanya, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi. Pendapat yang benar tentang jin adalah, jin alam ketiga setelah malaikat dan manusia. Mereka makhluk berakal, sadar dan tahu. Mereka bukan benda dan bukan pula kuman. Mereka mendapatkan beban syari’at, perintah dan larangan, sebagaimana difirmankan Allah Pencipta mereka Yang Maha Agung.
Walhamdu lil Laahi Robbil ‘aalamien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar